Direktori Indonesia - Indonesian free listing directory, SEO friendly free link directory, a comprehensive directory of Indonesian website. Active Search Results SEPUTAR PERTANIAN: Desember 2010
Seputar Pertanian, Bersama Mendukung Pembangunan Pertanian

Senin, 27 Desember 2010

Untuk menentukan kesegaran setangkai bunga,dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut:


  •     Apakah batang paling bawah sudah membusuk/lembek
  •     Apakah batang bunga sudah pendek karena dipotong dengan sengaja
  •     Kelopak bunga rontok ketika di goyangkan
  •     Kelopak bunga merunduk ke bawah
- Pilihlah bunga yang batangnya masih panjang
- Batang bawahnya masih keras,karena belum lama direndam di air
- Pilihlah yang masih kuncup,bila ingin tahan lama digunakan
- Tanyalah ke pedagang kapan bunga yang mereka jual,datang dari kebun/dipotongnya

Read More......

Rabu, 22 Desember 2010

A. Pengertian Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.
Revitalisasi bukan dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon sentralistik; bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana; tetapi revitalisasi adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
B. Arah Masa Depan Kondisi Petani Indonesia
Sampai saat ini petani masih menghadapi masalah dan kendala yang berkaitan dengan: (a) Akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) Perlindungan usahatani; (c) Keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) Rendahnya tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender.
Dalam tahun 1993-2003 jumlah petani gurem (dengan luas garapan kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat 2,6% per tahun). Sementara itu, luas lahan semakin berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58 juta RTP, dan sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu.
Kualitas SDM pertanian masih rendah. Menurut data BPS tahun 2002, tingkat pendidikan tenaga kerja pertanian yang tidak sekolah dan tidak tamat SD masih sekitar 35 persen, tamat SD 46 persen, dan tamat SLTP 13 persen. Dibandingkan dengan sektor non pertanian pada tahun yang sama, tingkat pendidikan tenaga kerja yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD 31 persen, tamat SLTP sekitar 20 persen, dan tamat SLTA 27 persen.
Status gizi penduduk Indonesia yang sebagian besar petani masih rendah, walaupun ada perbaikan dari waktu ke waktu. Kualitas konsumsi pada tahun 2002 baru mencapai skor 68,4 PPH (Pola Pangan Harapan). Namun demikian konsumsi energi sudah mencapai 90,3 persen dari AKG (Angka Kecukupan Gizi). Diskriminasi upah bagi wanita dan pria masih ditemui di sektor pertanian yang merugikan peran wanita dalam pembangunan pertanian.
Perlindungan usahatani juga rendah. Belum ada jaminan yang cukup memadai atas perlindungan usahatani mereka, keculai usahatani padi melalui pemberlakuan jamainan Harga Pembelian Pemerintah dan pengenaan tarif beras serta pemberian subsidi dan pengembangan teknologi.
Oleh karena itu, ke depan kondisi petani yang diharapkan adalah : (a) petani memilik akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) petani mendapat perlindungan usahatani; (c) petani memiliki keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) petani mempunyai tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender yang cukup memadai sesuai dengan norma yang berlaku.
C. Arah Masa Depan Produk dan Bisnis Pertanian
Menyadari nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan produk olahan (hilir) jauh lebih tinggi dari produk primer, maka pendekatan pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada pengembangan produk (product development), dan tidak lagi difokuskan pada pengembangan komoditas. Pengembangan nilai tambah produk dilakukan melalui pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate product), produk semi akhir (semi finished product) dan yang utama produk akhir (final product) yang berdayasaing.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk: (a) Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, (b) Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan (c) Mengembangkan industri pengolahan yang punya dayasaing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Agenda utama pengembangan agroindustri perdesaan adalah penumbuhan agroindustri untuk membuka lapangan kerja di perdesaan, dengan kegiatan utama: (a) Fasilitasi penerapan teknologi dan sarana pengolahan hasil pertanian di sentra-sentra produksi; (b) Pengembangan infrastruktur penunjang di perdesaan, seperti listrik, jalan, dan komunikasi; (c) Pengembangan akses terhadap permodalan; dan (d) Peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran.
Dengan demikian masa depan produk dan bisnis pertanian adalah berupa produk berbasis agroindustri yang memiliki daya saing dan agroservice dengan kandungan teknologi tinggi.

Read More......

Aglaonema disebut juga ‘Sri Rejeki’ atau ‘Chinese Evergreen’ merupakan tanaman dari family Araceae. Genus Aglaonema terdiri dari sekitar 30 spesies. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi. Kini berbagai macam aglaonema hybrida telah dikembangkan, memiliki penampilan tanaman yang sangat menarik. Hybrida dari bermacam warna, bentuk, ukuran daun sehingga jauh berbeda dari spesies alami.

Klasifikasi

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Base monocots

Ordo : Alismatales

Famili : Araceae

Subfamili : Aroideae

Suku/Genus : Aglaonemateae

Sifat Tanaman Dan Syarat Tumbuh

Sifat dari tanaman aglaonema beragam, ada yang dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi, sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab dan sebagian lagi di tempat sedikit kering, tanaman aglaonema tergolong bandel, mudah dirawat dan cocok dijadikan tanaman indoor, apalagi aglaonema terkenal dengan motif daunnya yang indah. Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan aglaonema yang optimal adalah lokasi, cahaya, kelembaban dan suhu

Lokasi yang ideal untuk merawat aglaonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m diatas permukaan laut,namun tidak menutup kemungkinan juga dapat tumbuh baik di dataran rendah, sesuai habitatnya aglaonema menyukai lokasi yang teduh dengan pencahayaan terbatas, intensitas sinar matahari berkisar antara 10 – 30%, kelembaban yang cocok untuk merawat aglaonema adalah 50 – 70%, di kisaran itu tanaman tumbuh baik, lebih dari 75% dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan pada media tanam, selain itu juga suhu menunjang pertumbuhan, lokasi sebaiknya bersuhu 28 – 30?C pada siang hari dan 20 – 22?C malam hari dan dibantu juga dengan sirkulasi udara yang baik

Media Tanam

Untuk memiliki tanaman aglaonema yang tumbuh sehat dan baik diantaranya adalah dengan menggunakan media dengan komposisi yang pas, media dengan tingkat keasaman/pH dan porositas (Porous) yang ideal sangat baik untuk pertumbuhan aglaonema, media tanam aglaonema juga harus steril, yaitu bebas dari penyakit, tidak mudah lapuk dan hancur karena air, mudah diperoleh dan harganya terjangkau, aglaonema dapat tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 atau disebut juga pH netral yang kaya akan zat hara, angka pH dengan selisih 0,5 – 1 masih dianggap pH ideal. Porous artinya mudah mengeluarkan kelebihan air, tingkat porositas yang dibutuhkan pada media tanam sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu ketinggian dan kelembaban, pada dataran rendah yang panas dan bercurah hujan rendah, media tanam sebaiknya harus bisa menahan air sehingga media tidak kekeringan, sebaliknya di dataran tinggi yang umumnya sering hujan sebaiknya gunakan media dengan porositas tinggi agar kelebihan air mudah dikeluarkan. Berikut macam jenis unsur yang digunakan untuk media tanam aglaonema, yang tentunya dengan tingkat porositas yang berbeda dengan kekurangan kelebihan masing-masing, kombinasi beberapa unsur media dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan faktor lingkungan :

1. Pakis, sekam bakar, Pasir malang, humus (1;1;1;1)

2. Pakis, pasir malang, sekam bakar, cocopeat (2;1;1;1)

3. Pakis, sekam bakar, pasir malang, cocopeat (2;1;1;1)

4. Cocopeat, sekam bakar kompos organik (5;3;2)

5. Pakis, pasir malang, kaliandra (3;2;1)

Jenis unsur media tanam

- Pakis ; pakis dapat menyimpan air dengan baik dan memiliki drainase dan aerasi yang bagus, akar dapat menyerap air dengan mudah dan leluasa untuk berkembang, tidak mudah lapuk dan memiliki daya tahan cukup tinggi

- Sekam Bakar ; sekam bakar memiliki kelebihan unsur yang terletak pada sifatnya yang steril dan daya tahanya mencapai 1 tahun, aerasinya cukup baik namun daya serapnya terhadap air kurang baik, sehingga harus dicampur dengan unsur yang dapat menyerap air

- Pasir malang ; pasir malang unsur media yang tingkat porositasnya cukup baik, karena itu penggunaanya digunakan untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang

- Cocopeat ; cocopeat adalah sabut kelapa hasil olahan, unsur ini sangat cocok digunakan bila menginginkan media yang cukup lembab untuk aglaonema khususnya di daerah yang kering dan panas, cocopeat dapat menahan air cukup lama dalam jumlah yang banyak, namun sifatnya mudah lapuk

- Kaliandra – kaliandra cocok digunakan sebagai media di daerah kering dan panas, media ini cenderung cepat lembab sehingga rawan terjangkit cendewan pengganggu, sifatnya mudah lapuk dan hanya bertahan 4 – 6 bulan

Penyiraman

Aglaonema termasuk tanaman yang butuh air dalam jumlah cukup, jadi penyiraman hal penting yang mesti diperhatikan agar aglaonema tumbuh baik, tapi tidak sampai menggenangi medianya, frekuensi dan dosis penyiraman perlu diatur sesuai dengan kondisi media dan lingkungan setempat.

Pemupukan

Untuk menunjang pertumbuhan tanaman aglaonema kebutuhan nutrisi sangat penting, beragam merek pupuk majemuk/anorganik mudah diperoleh, bahkan saat ini sudah banyak beredar pupuk khusus aglaonema. Sebelum memilih, cermati dulu komposisi nutrisi dan penggunaanya, barulah cara dan dosis pemberiannya, pemberian pupuk dengan dosis rendah, tetapi sering diberikan akan menghasilkan tanaman kualitas baik dibanding dengan pemberian sesekali dengan dosis tinggi

Mengganti Media Tanam

Untuk menjaga agar kualitas aglaonema tetap baik perlu dilakukan penggantian media tanam, media tanam yang baik akan membuat aglaonema tumbuh dengan sehat, penggantian media tanam/repotting aglaonema dilakukan setiap 6-12 bulan sekali, repotting juga dibutuhkan oleh tanaman yang sudah terlalu besar sehingga tidak sebanding lagi dengan ukuran pot

Hama Dan Penyakit

Hama adalah hewan pengganggu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda diantaranya ;

1) Ulat – hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp dan ada juga yang menyerang batang, yaitu Noctuidae

2) Kutu putih (kutu kebul) – kutu ini sering menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding di dataran tinggi. Kutu putih menyerang batang dan daun bagian bawah, kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun

3) Belalang – belalang menyerang tanaman aglaonema sama hal nya dengan ulat, yaitu menyerang daun

4) Kutu sisik – hama ini menyerang daun, pelepah, batang dan bunga, bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang lebih kecil, kutu sisik ini dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati

5) Kutu Perisai – kutu ini menyerang bagian daun, kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun, kutu ini memiliki bentuk seperti perisai pada bagian punggungnya

6) Root mealy bugs – menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih, tanaman menjadi kurus, kerdil, daunya mengecil dan layu

Penyakit – penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit pada umumnya lebih banyak dibanding bakteri, berikut penyakit yang biasanya menyerang aglaonema

1. Layu fusarium, gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi coklat keabuan lalu tanggkainya membusuk, penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam ber-pH rendah, yang kondisi tersebut membuat Fusarium oxysporium leluasa berkembang.

2. Layu Bakteri, ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap

3. Busuk Akar, ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, akarnya berwarna coklat kehitaman, yang disebabkan media terlalu lembab sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembnag

4. Bercak daun, yang disebabkan oleh cendawan, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak pada daun yang lama kelamaan membusuk

5. Virus, pada aglaonema ditandai dengan daun yang berubah menjadi kekuningan atau menjadi keriting, perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun, virus susah ditanggulangi, perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif

Memperbanyak Aglaonema

Aglaonema bisa diperbanyak melalui 2 cara, yaitu generatif (kawin) dilakukan dengan cara menanam biji sedangkan vegetatif (tidak kawin) dilakukan melalui stek, pemisahan anakan, cangkok, dan kultur jaringan.

Read More......

Sumber Berita : Badan Litbang

Ketika berbicara tentang pangan, langsung terlintas dalam benak kita adalah beras, walaupun ada pengganti lain seperti jagung, singkong, ubi, sagu, ataupun sukun. Hal inilah yang dibahas bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) dengan Badan Litbang Pertanian dalam acara "Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00.

Dr. Benyamin Lakitan, Deputi bidang Kelembagaan Iptek KRT, mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap beras karena kondisi sosiokultural dari masyarakat Indonesia. “Orang Indonesia belum puas kalau belum makan nasi, kalau makan spageti atau roti hanya untuk meningkatkan gengsi bukan bermaksud mengganti bahan pokok, padahal sama-sama karbohidrat". Untuk mendukung ketahanan pangan, KRT memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi, bahkan menjadi salah satu fokus riset. Dalam pembuatan teknologi ini KRT bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Benyamin mengatakan bahwa pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan KRT merupakan produk yang mudah digunakan karena ditujukan untuk petani sebagai subyek pertanian.


"Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00 (Sumber: TV One)

Lebih lanjut disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono bahwa dukungan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani tidak terlepas dari 4 Target Sukses Kementerian Pertanian, yaitu, 1) Swasembada berkelanjutan (padi dan jagung), swasembada kedelai, tebu dan daging; 2) Diversifikasi pangan; 3) Peningkatan nilai tambah ekspor dan daya saing produk pertanian, dan 4) Kesejahteraan petani. Sedangkan peranan Badan Litbang Pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah peningkatan produktivitas melalui penciptaan varietas baru. Sejak tahun 2005 s.d. 2010 telah ditemukan 31 varietas unggul baru padi lahan sawah (irigasi), lahan kering, maupun lahan rawa. Khusus untuk lahan sawah sampai saat ini telah ditemukan varietas unggul baru padi INPARI 1 s.d. 13 yang tahan wereng.

Selain itu, dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan iklim global, telah ditemukan varietas padi yang tahan cekaman, seperti padi yang tahan kekeringan maupun padi yang tahan rendaman. Hal ini sangat penting untuk menunjang ketahanan pangan, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara maksimal seperti pemanfaatan plasma nutfah yang sangat besar, di luar padi, jagung dan ubi-ubian, dan sebagainya.

Namun Kabadan pun mengakui bahwa untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dibutuhkan kerjasama dari semua pihak terutama di daerah. Menurutnya pemerintah daerah merupakan motor utama pembangunan, karena dapat memberikan pemahaman dan gerakan nyata. “Daerah lebih proaktif mencari teknologi, Badan Litbang Pertanian sudah menyiapkan infrastruktur penyediaan benih/bibit yang cukup untuk 2011-2014 ini” jelas Haryono.
Di akhir diskusi Kabadan menegaskan bahwa sebagai lembaga penelitian dalam bidang pertanian, selain dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hasil penelitian harus dapat dimanfaatkan oleh petani dan mempunyai dampak positif yang luas di masyarakat.
Sumber Berita: Badan Litbang
Gambar: ilustrasi

Read More......

Selasa, 21 Desember 2010

Mufid A. Busyairi
  • Anggota DPR RI dari Fraksi PKB Musim tanam rendeng tiba. Lagu lama pun berulang: pupuk langka, dan harganya selangit. Harga pupuk bersubsidi di pasar, khususnya urea, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah. Petani tidak berdaya. Ketidakberdayaan petani dituangkan dengan beragam cara: mendatangi wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi, melakukan sweeping ke toko-toko pengecer dan distributor, atau menurunkan paksa pupuk dari truk pengangkut pupuk. Terjadilah disharmoni petani-penjual, bahkan di antara para petani.
    Atas desakan Dewan Perwakilan Rakyat, pemerintah memutuskan melakukan operasi pasar di wilayah-wilayah langka pupuk (Koran Tempo, 27 November 2008). Operasi pasar difokuskan di dua provinsi lumbung beras: Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sayang, operasi pasar tidak bisa segera dilakukan. Dinas Pertanian yang wilayahnya mengalami kelangkaan pupuk belum mengajukan permintaan ke produsen pupuk. Produsen tak bisa disalahkan. Sebab, pupuk bersubsidi merupakan barang dalam pengawasan yang penyalurannya harus jelas dan tepat sasaran.
    Guna mengevaluasi operasi pasar, Komisi IV DPR melakukan dengar pendapat dengan organisasi petani, Gapoktan, dan pengecer pupuk, 1 Desember 2008. Hasilnya, masalah pupuk ada di hulu hingga hilir: dari produsen, distributor, pengecer, hingga petani. Dari sisi jumlah, kuota pupuk bersubsidi memang jauh dari cukup. Kebutuhan urea 5,7 juta ton, tapi yang disubsidi 4,5 juta ton. Ini juga terjadi pada ZA, SP-36, dan KCl. Karena itu, Komisi IV DPR dan stakeholders meminta pemerintah segera menyelesaikan kelangkaan pupuk, dan melibatkan organisasi petani untuk mengawasi pupuk bersubsidi.
    Subsidi pupuk sebenarnya sudah menjadi program pemerintah lebih dari 30 tahun. Tetapi sampai sekarang kita belum juga memiliki aransemen kelembagaan yang solid dan kredibel. Salah satu kealpaan mendasar adalah kita tidak memiliki data siapa penerima subsidi? Dinas Pertanian tak bisa segera mengajukan permintaan pupuk, karena basis data petani penerima subsidi tidak ada. Ini hanya satu soal. Kelangkaan dan harga di atas HET juga belum ada solusi. Dari pengalaman, petani selalu menebus pupuk 12,38-33,5 persen di atas HET, bahkan dalam situasi normal harga selalu 6,7-18 persen di atas HET. Hasil sejumlah penelitian (Syafa'at, dkk 2006; Yusdja dkk, 2005) menunjukkan, HET tidak efektif. Ini semua mengharuskan pemerintah mengevaluasi hakikat subsidi. Evaluasi bukan hanya atas sistem distribusi, modus subsidi, dan besaran nilai subsidi, tapi yang lebih mendasar adalah pada persoalan penggunaan pupuk anorganik itu sendiri.
    Sistem distribusi pupuk selama ini bersifat pasif dan terbuka. Pasif karena siapa pun, baik pribadi atau berkelompok, bisa membeli pupuk bersubsidi pada pengecer di kecamatan-kecamatan. Bersifat terbuka karena sistem distribusi hanya memiliki delivery system (dari produsen sampai pengecer) dan tidak memiliki receiving system. Pengecer bisa menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja, termasuk kepada yang tidak berhak. Akibatnya, petani sasaran berpeluang tidak mendapatkan jumlah pupuk sesuai dengan alokasi.
    Ketidakpedulian produsen atas perilaku distributor dari lini III (kabupaten) ke lini IV (kecamatan) yang cenderung menaikkan harga memperparah situasi. Bahkan tak jarang distributor memperjualbelikan DO (delivery order). Di Jawa Timur, distributor bodong seperti ini mencapai 30 persen (PSE, 2006). Ujung dari semua ini, ketepatan pupuk bersubsidi amat rendah. Calo/broker mengeksploitasi kelemahan itu untuk mengeruk untung.
    Caranya, pupuk subsidi dijual ke sektor kebun dan industri (yang tidak disubsidi) atau dilego ke luar negeri. Saat ini HET urea Rp 1.200 per kilogram dan SP-36 Rp 1.550 per kg. Sementara itu, harga urea nonsubsidi Rp 3.000 per kg, bahkan di luar negeri US$ 600 per ton (Rp 5.640 per kg), siapa yang tidak ngiler? Secara teori masalah ini bisa diminimalkan dengan sistem distribusi pupuk tertutup. Dalam sistem ini, karena ada kelompok tani sebagai receiving system, anggota kelompok tani dijamin mendapat pupuk subsidi sesuai alokasi. Masalahnya, kelompok tani dan PPL sebagai ujung tombak sistem ini telah tercerai-berai.
    Seandainya kelompok tani dan PPL bukan lagi masalah, dengan distribusi tertutup selesaikah masalah? Tidak. Pada titik ini, hakikat subsidi pupuk anorganik layak disoal. Setidaknya, ada dua tujuan subsidi pupuk (anorganik): agar pendapatan petani meningkat dan mereka tetap bergairah berusaha-tani secara berkesinambungan. Masalahnya, dua tujuan subsidi kian mustahil dicapai. Karena petani selalu membeli pupuk di atas HET, pendapatan mereka pasti tergerus. Subsidi membuat petani jadi pupuk-minded. Akibatnya, banyak petani memupuk melampaui dosis rekomendasi, terutama urea (100-600 kg per hektare). Overdosis pupuk ini tak hanya menimbulkan inefisiensi, tapi juga membuat kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah menurun. Di sejumlah wilayah, gejala ini diikuti leveling off produksi padi: meskipun dosis pupuk digenjot, produksi tidak naik. Ini tak hanya membuat produksi meluruh, tapi juga membuat kesinambungan usaha-tani menjadi pertanyaan besar.
    Stagnasi produktivitas disebabkan oleh terkurasnya kandungan bahan organik (BO) tanah oleh varietas unggul rakus hara. Saat ini 80 persen dari 7,4 juta ha sawah di Indonesia kandungan BO-nya kurang dari 1 persen. Sawah dengan kandungan BO kurang dari 1 persen perlu input dua kali lebih besar ketimbang tanah sawah ber-BO 2 persen. Untuk mengembalikan produktivitas, perlu gerakan masif menggunakan pupuk organik dan pertanian organik. Tuntutan ini bukan semata-mata karena distribusi pupuk bersubsidi kacau dan tidak tepat sasaran. Tapi ada hal penting dalam pupuk organik yang tidak bisa digantikan oleh pupuk anorganik.
    Pertama, kemandirian petani. Pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh petani dari bahan-bahan alam, sementara pupuk anorganik tidak mungkin. Kedua, produktivitas dan keberlanjutan ekologi. Secara empiris, pupuk organik tak hanya mengembalikan hara (makro + mikro), tapi juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Integrasi tanaman-ternak di Jawa mampu mengurangi pupuk anorganik 25-35 persen, mendongkrak produktivitas 20-29 persen, dan di Bali menaikkan pendapatan petani 41,4 persen (Susila, 2007). Ketiga, keamanan pangan. Banyak riset dan pengalaman petani yang keracunan akibat pestisida dan pupuk anorganik. Ini tidak terjadi pada praktek pertanian organik.
    Pemerintah mematok program “Go Organic 2010”. Sayangnya, program ini tidak didukung aksi dan pendanaan memadai. Saat ini jumlah pupuk organik yang disubsidi cuma 345 ribu ton. Ini terlalu kecil. Dengan mengacu pada efisiensi pupuk anorganik pada praktek tanaman-ternak, 25-35 persen subsidi pupuk anorganik bisa dialihkan ke pupuk organik. Komisi IV DPR meminta pemerintah memasifkan pupuk organik yang dikelola petani (pribadi maupun kelompok) dengan teknologi sederhana. Pupuk itu bisa dibeli pemerintah kemudian disalurkan ke kelompok-kelompok tani dengan harga subsidi. Tanpa reorientasi kebijakan pupuk, ritual tahunan kelangkaan pupuk akan selalu berulang. *
    Sumber : http://www.tempo.com

  • Read More......

    Senin, 20 Desember 2010

    Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami dan juga buatan.
    Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
    vegetativeTanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara. Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran.
    Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi, rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
    Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya. Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
    Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan, cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan. Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan ketimun.
    Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya adalah cangkok. Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan.
    Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
    Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu setelah itu ikatannya bisa dilepas.
    Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Para peneliti di seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
    Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.
    generatifPertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
    Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan iklim, hama penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.

    Read More......

    Sabtu, 18 Desember 2010

    Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan.

    Proses treatment molase sebelum difermentasi
    Molase seperti yang telah dijelaskan di awal, yakni merupakan sisa proses pengkristalan gula pasir. Sumber molase itu sendiri didapatkan dari 2 macam. Pertama dari tebu dan kedua dari bit. Dari kedua sumber tersebut akan didapatkan molase yang berbeda sifat dan pengolahannya.
    Pada umumnya molase diolah lebih lanjut menjadi etanol. Caranya melalui proses fermentasi. Namun sebelum proses fermentasi tersebut dilaksanakan diperlukan treatment terhadap molase tersebut. Berikut uraian singkatnya

    1. Molase dari Tebu



    Gambar 1. Tebu
    Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Molase kelas 1 , kelas 2 dan black strap. Molase kelas 1 didapatkan saat pertama kali jus tebu dikristalisasi. Saat dikristalisasi terdapat sisa jus yang tidak mengristal dan berwarna bening. Maka sisa jus ini langsung diambil sebagai molase kelas 1.
    Kemudian molase kelas 2 atau biasa disebut dengan ”Dark” diperoleh saat proses kristalisasi kedua. Warnanya agak kecoklatan sehingga sering disebut juga dengan istilah ”Dark”. Dan molase kelas terakhir, Black Strap diperoleh dari kristalisasi terakhir. Warna black strap ini memang mendekati hitam (coklat tua) sehingga tidak salah jika diberi nama ”Black Strap” sesuai dengan warnanya.



    Gambar 2. molase
    Black strap ternyata memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Black strap memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa dan fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula di dalamnya. Berikut tabel komposisi dari black strap.
    Tabel 1. Kandungan Nutrisi Blackstrap Molasses


    Sumber : http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrientprofile&dbid=85

    Black strap digunakan untuk suplemen kesehatan, makanan ternak, dan berbagai industri lainnya.
    Sebelum dilakukan proses fermentasi untuk pembuatan etanol, molase tebu harus diberikan treatment agar proses fermentasi berlangsung dengan baik. Hal yang harus dilakukan adalah mensulfurisasi molase tersebut. Tujuannya agar molase menjadi bening. Kemudian campurkan air, ragi dan molase secara bersamaan lalu diaduk dalam sebuah tangki.

    2. Molase dari Bit


    Gambar 3. bit
    Molase dari bit berbeda dengan molase dari tebu. Yang disebut sebagai molase bit adalah sisa proses kristalisasi gula. Jadi tidak ada pengklasifikasian molase. Molase bit 50 % dari berat kering merupakan gula. Sebagian besar merupakan sukrosa dan juga mengandung glukosa dan fruktosa.
    Molase bit mengandung biotin (vitamin B7) dalam jumlah terbatas. Vitamin ini berguna untuk pertumbuhan. Molase ini juga mengandung garam-garaman yaitu kalsium, potasium, oksalat dan klorida. Hal yang menarik adalah molase ini sering digunakan sebagai aditif untuk makanan hewan.

    Read More......

    PENDAHULUAN
    Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih mempunyai keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian.
    Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additive).                  
    PRINSIP PEMBUATAN SILASE
    Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
    Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.
    1. MENGHILANGKAN OKSIGEN DARI BAHAN SILASE
    Proses ensilase terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob), bakteri yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob. Oksigen yang terdapat pada bahan silase dan silo dapat mempengaruhi proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap berlangsung selama masih tersedia oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dan kestabilan silase.
    Respirasi Sel Tanaman. Aktivitas sel tanaman tidak segera terhenti setelah dipanen, sel meneruskan respirasi selama masih cukup tersedia hidrat dan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi yang menghasilkan energi untuk fungsi sel. Karbohidrat dioksidasi oleh sel tanaman dengan adanya oksigen menjadi karbondioksida (CO2), air (H2O) dan panas.
    Gula + oksigen →Karbondioksida + air + panas
    Panas yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat segera hilang, sehingga temperatur silase dapat meningkat. Peningkatan temperatur dapat mempenga-ruhi kecepatan reaksi dan merusak enzim (McDonald dkk. 1991). Enzim merupakan protein yang akan mengalami denaturasi pada temperatur tinggi. Peningkatan tempetarur juga dapat mempengaruhi struktur silase misalnya perubahan warna silase menjadi gelap (Van Soest 1994).
    Peningkatan temperatur silase dapat dibatasi dengan pemanenan tanaman dengan kadar air yang tepat dan dengan meningkatan kepadatan silase. Tabel 1 menggambarkan hubungan antara temperatur, kandungan bahan kering dan kepadatan hijauan dalam silo. Pemadatan silase terkait dengan ketersediaan oksigen di dalam silo, semakin padat silase oksigen semakin rendah sehingga proses respirasi semakin pendek.
    Beberapa jenis bahan secara alami memperangkap lebih banyak udara dalam silase. Dengan pengelolaan yang baik, oksigen dapat hilang dari silase dalam 4 sampai 6 jam (Coblentz 2003). Pembatasan respirasi dapat dilakukan dengan pemotongan langsung, pemadatan padat dan pelayuan. Untuk menjamin proses fermenatsi berjalan dengan baik, bahan harus mengandung kadar air sekitar 60-70%.
    Tabel 1.  Peningkatan Temperatur dalam Silo dengan Tingkat Kepadatan dan Kandungan Bahan Kering.
    Kepadatan (lbs/ft 3)
    Kandungan bahan kering (%)
    20
    30
    40
    50
    60
    70

     …………OF ……………
    20
    4.8
    5.3
    6.0
    6.8
    7.8
    9.0
    30
    2.5
    2.8
    3.2
    3.7
    4.3
    5.0
    40
    1.4
    1.6
    1.9
    2.2
    2.5
    3.0
    50
    0.7
    0.8
    1.0
    1.2
    1.5
    1.8
    60
    0.2
    0.3
    0.5
    0.6
    0.8
    1.0
    Sumber: Coblentz  (2003)
    Pengaruh Terhadap Fermentasi. Oksidasi gula tanaman melalui proses respirasi mempunyai pengaruhi negatif terhadap karakterisitik fermentasi. Gula tanaman berperan sebagai substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat yang dominan dalam fermentasi silase. Produksi asam laktat oleh BAL menurunkan pH (menurunkan keasaman) silase dan menjadi kunci stablitas dan pengawetan silase. Respirasi yang berlebihan atau dalam waktu lama dapat mengurangi ketersediaan substrat dalam produksi asam laktat, sehingga dapat menurunkan potensi proses fermentasi yang baik.
    Pengaruh Terhadap Nilai Nutrisi. Respirasi yang berlebihan dapat mempengaruhi nilai nutrisi silase. Oksidasi gula tanaman menurunkan energi dan secara tidak langsung meningkatkan komponen serat hijauan. Temperatur silase yang berlebihan menyebabkan pembentukan produk reaksi Maillard, dimana senyawa yang mengandung protein yang tidak tercerna di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Kondisi anaerob yang lambat tercapai memungkinkan berkembangan bakteri aerob yang dapat mendegradasi protein menjadi amonia.
    Pengaruh Terhadap Kestabilan Silase. Silase yang difermentasi dengan baik akan menghasilkan pH yang lebih rendah. Kondisi ini dapat dimaksimalkan jika gula difermentasi menjadi asam laktat. Silase akan tetap stabil untuk waktu yang tak terbatas selama udara tidak dapat masuk ke dalam silo. Jika udara (oksigen) dapat masuk, populasi yeast dan jamur akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi. Akibat lain adalah kehilangan bahan kering dan mengurangi nilai nutrisi silase.Beberapa spesies jamur pada kondisi tersebut dapat menghasilkan mikotoksin dan substansi lain yang mengganggu kesehatan ternak.
    2. KADAR AIR
    Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar air hijauan. Secara umum, kadar air optimum untuk dalam pembuatan silase sekitar 65% (Coblentz 2003). Tingkat kadar ini dapat memudahkan proses fermentasi dan biasanya membantu menghilangkan oksigen selama proses pemgemasan
    Proses ensilase pada kadar air lebih dari 70% tidak dianjurkan. Hijauan dengan kadar air tinggi pada proses ensilase menyebabkan silase menjadikan silase yang dihasilkan tidak disukai. Silase ini kurang masam dan mempunyai konsentrasi asam butirat dan N-amonia yang tinggi. Hijauan yang diensilase dengan kadar air yang rendah (dibawah 50%) akan berakibat fermentasi yang terbatas, sehingga menghasilkan silase yang kurang stabil dengan konsentrasi asam laktat rendah dan pH lebih tinggi. Hijauan dengan kadar air rendah lebih sulit untuk menghilangkan oksigen dari bahan silase sewaktu pemasukan dan pengemasan.
    3. FAKTOR TANAMAN
    Silase dapat dibuat dari berbagai jenis tanaman seperti rumput, legum, sereal dan hasil ikutan tananam lainnya. Bahan yang baik dijadikan silase harus mempunyai substrat mudah terfermentasi dalam bentuk WSC yang cukup, buffering capacity yang relatif rendah dan kandungan bahan kering di atas 200 g kg-1 (McDonal dkk. 1991). WSC tanaman umumnya dipengaruhi oleh spesies, fase pertumbuhan, budidaya dan iklim.
    Rumput yang dipupuk dengan nitrogen dalam level yang tinggi umumnya tidak menghasilkan silase yang lebih baik dibandingkan dengan hijauan yang dipupuk dengan level yang biasa. Rumput yang dipupuk dengan nitrogen mempu-nyai kandungan protein kasar lebih tinggi dengan kandungan gula lebih rendah. Tanaman merubah energi dari matahari menjadi gula sehingga konsentrasi gula secara umum lebih tinggi pada sore atau malam hari. Konsentrasi gula menurun pada malam hari melalui proses respirasi dalam tanaman dan lebih rendah lagi pada pagi hari. Fase pertumbuhan tanaman juga mempengaruhi ratio batang dan daun, yang akan mempengaruhi kandungan gula tanaman.
    4. ADITIF SILASE
    Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu a. stimulan fermentasi, seperti inokulan bakteri dan enzim; b. inhibitor fermentasi seperti asam propionat, asam format dan asam sulfat; dan c. substrat sepertii molases, urea dan amonia
    a. Inokulan Bakteri
    Hijauan secara alami mengandung beberapa tipe bakteri baik yang menguntungkan maupun merugikan (Tabel 2). Beberapa produk akhir dapat dihasilkan dalam proses fermentasi (Tabel 3), dan beberapa diantaranya dapat menurunkan kualitas silase yang dihasilkan. Konsep penambahan inokulan bakteri adalah untuk memacu pertumbuhan BAL homofermentatif yang dapat segera menghasilkan asam laktat untuk menurunkan pH silase. Beberapa BAL yang digunakan sebagai inokulan pada silase dan alasan penggunaannya ditampilkan pada Tabel 4. Karakteristik dasar yang harus dimiliki oleh inokulan bakteri antara lain dapat beradaptasi pada bahan dengan kadar air tinggi, dapat beradaptasi dengan temperatur lingkungan, toleransi terhadap keasaman, menghasilkan bakteriosin toleransi terhadap PHAGE, dan berperan sebagai probiotik(Ohmomo dkk. 2002).

    Read More......

    Jumat, 17 Desember 2010

    Penggunaan air tanah untuk memenuhi berbagai keperluan seperti rumah tangga, industri dan pertanian telah lama dilakukan di Indonesia. Pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum mulai tahun 1970 telah mengembangkan pemanfaatan air tanah untuk irigasi diderah cekungan Wilis – Lawu di Kabupaten Kediri-Nganjuk Propinsi Jawa Timur, hingga sampai saat ini pemanfaatan air tanah untuk irigasi telah berkembang hampir diseluruh Propinsi di Indonesia.
    Untuk dapat memanfaatkan air tanah yang keberadaannya pada lapisan pembawa air yang disebut “akifer” dimana posisinya berada dibawah permukaan tanah, menyebabkan diperlukannya fasilitas sumur serta mengoperasikan  mesin pompa untuk dapat memanfaatkannya.
    Pada sistim irigasi air tanah, setelah pembangunan sumur selesai, maka setiap kali petani membutuhkan air untuk sawahnya, petani tersebut harus mengoperasikan mesin pompa agar supaya air yang ada didalam sumur dapat mencapai sawahnya. Mengingat biaya operasi mesin pompa ini cukup besar, dibandingkan dengan irigasi permukaan yang menngunakan sistim grafitasi untuk mengalirkan air kesawah sehingga petani tidak mengeluarkan biaya sama sekali, maka perlu dicarikan sistim pengaliran air dengan efisiensi yang tinggi (tidak banyak air yang hilang sebelum mencapai sawah yang membutuhkannya), sehingga :

    1. Apabila digunakan saluran tanah, akan banyak air yang masuk kedalam tanah akibat porositas dari tanah itu sendiri, makin tinggi tingkat porositas tanah, makin banyak pula air yang dihisap oleh tanah tersebut.
    2. Apabila digunakan saluran yang dilining (misalnya dengan pasangan batu atau plat beton), memang kehilangan air akibat porositas tanah dapat direduksi secara signifikan akan tetapi kehilangan akibat evaporasi selama proses pengaliran tidak bisa dicegah. Selain itu mulai dari ujung saluran yang dililing mungkin harus tetap melewati saluran tanah beberapa puluh meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan air, disini terjadi kehilangan air lagi, beruntung petani yang sawahnya persis didepan ujung saluran yang dilining.
    3. Apabila digunakan saluran perpipaan PVC, kehilangan air akibat porositas tanah dan evaporasi dapat diatasi, tapi dari outlet perpipaan sejauh beberapa puluh meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan air juga tetap melewati saluran tanah.
    Dengan menggunakan saluran perpipaan PVC yang dikombinasikan dengan “Big gun sprinkler”, maka kehilangan air sebelum mencapai sawah petani yang membutuhnkan dapat lebih ditekan lagi.
    Big gun sprinkler adalah alat penyemprot air yang dapat memancarkan air sampai sejauh radius 100 meter atau diameter 200 meter. Secara umum alat ini mirip dengan water canon yang dipakai polisi untuk membubarkan demo atau yang digunakan oleh pasukan pemadam kebakaran. Perbedaanya adalah bahwa pada big gun sprinkler untuk irigasi ada tambahan peralatan yang berfungsi untuk mengatur agar supaya air yang jatuh ketanah didalam areal radius pancarannya uniform/seragam sehinngga kondisinya mirip hujan, sedangkan pada water canon yang diutamakan adalah jangkauannya.
    Pada waktu beroperasi, posisi big gun sprinkler ini dipindah-pindahkan sedemikian rupa sehingga seluruh areal yang dilayani dapat menerima air.
    Untuk satu mesin pompa pada umumnya memerlukan lebih dari satu big gun sprinkler sesuai dengan kasitas pompa dan kapasitas dari big gun sprinkler itu sendiri.
    Keuntungan yang didapat dari penggunaan big gun sprinkler ini adalah :
    • Dapat digunakan pada lahan dengan kondisi topografi yang tidak teratur atau bergelombang dan berbukit-bukit.
    • Dapat diterapkan pada tekstur tanah pasiran hingga tanah berpasir yang persifat porous.
    • Kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran kecil.
    • Apabila tidak ada masalah, biaya OP untuk jaringan pipa kecil.
    • Aman dari gangguan penjebolan secara liar karena pipa ditanam di bawah tanah, sehingga tidak perlu pemeliharaan secara khusus.
    • Cara pengoperasian penyiraman dapat dilakukan secara bergiliran, sehingga big gun sprinkler yang digunakan jumlahnya tidak perlu banyak.
    • Dapat mengatur suhu lingkungan di sekitarnya.
    • Air dapat dicampur dengan pupuk organik.
    • Tidak perlu saluran pembuangan karena air akan meresap ke dalam tanah.
    Kendala pada penggunaan big gun sprinkler adalah :
    • Pemasangan awal diperlukan biaya besar karena peralatan cukup mahal.
    • Biaya eksploitasi tinggi karena menggunakan bahan bakar untuk pompa air.
    • Jika ada masalah kerusakan mekanik akan menyebabkan masalah, yang besarnya sesuai dengan tingkat kerusakan.
    • Pemberian air dipengaruhi oleh angin.
    • Pekerjaan tanah harus dalam kondisi normal supaya mudah dalam pelaksanaan.
    Penggunaan big gun sprinkler untuk irigasi air tanah pertama kali dilaksanakan di Propinsi Nusa Tengara Barat, didesa Akar-akar kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara pada tahun 2007 dalam rangka kerja sama antara Departemen Pekerjaan Umum cq Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dengan Universitas Mataram. Saat ini daerah-daerah lain mulai mengadopsi teknologi tersebut, diantaranya Propinsi Jawa Timur yang mulai mencoba dikabupaten Mojokerto dan kabupaten Madiun.
    Semoga penggunaan big gun sprinkler ini dapat meningkatkan kesejahteraan para petani air tanah.

    Read More......

    Kamis, 16 Desember 2010

    Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.
    Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air untuk penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan system ini kita akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman.
    Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sytemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak.
    Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timers can be set to turn on automatically at any time of day and for as long as necessary. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.
    Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume rendah penyemprot yang ideal untuk menjaga tanaman benih basah. Penggunaannya sangat mudah. dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.

    Read More......

    Selasa, 14 Desember 2010

    Bahan dan alat:
    1.Batang pisang yang sudah busuk 2 genggam.
    2.air panas/hangat 5 L.
    3.air biasa 5 L.
    4.terasi 1/4 kg.
    5.gula pasir 1/2 kg.
    6.dedak 1 genggam.
    7.ember + tutup (kapasitas 15 L).
    8.bambu pengaduk.

    cara pembuatan:
    1. rendam dan peras batang pisang ke dalam air biasa sehingga sari pati bercampur dengan air, dan sisakan sedikit serat pisang di dalam air.
    2. campurkan air panas, terasi, gula pasir, aduk merata tunggu hingga air mendingin.
    3. campurkan larutan serat pisang dan air panas (sudah dingin) ke ember, tambahkan dedak, aduk-aduk.
    4. tutup ember dengan rapat, biarkan selama 10 hari.
    5. setelah 10 hari cek kondisi MOL, jika sudah bau, dan muncul gelembung2 udara, berarti MOL sudah jadi dan dapat dipergunakan.
    6. penghilang bau dapat digunakan nanas yang telah dihancurkan sebelumnya.

    Read More......

    Senin, 13 Desember 2010


    Penggunaan pupuk ini secara terus menerus dan berlebihan untuk meningkatkan produksi pertanian, tanpa diimbangi pemberian pupuk organik akan menimbulkan “levelling off, terutama pada lahan sawah". Sementara itu, penggunaan pupuk organik di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Penggunaannya di lapangan belum optimal.

    Namun peran pupuk organik ini ke depan sangat penting dan strategis, di samping dapat mendongkrak levelling off dan perbaikan tingkat kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik ini dapat secara langsung atau tidak langsung mengurangi kebutuhan pupuk anorganik.

    Jika penggunaan pupuk organik tersebut meningkat, pada gilirannya dapat menambah kapasitas ekspor perusahaan pupuk anorganik dalam negeri sehingga dapat menambah devisa negara. Apalagi Krisis ekonomi global, penyediaan pupuk yang akhir-akhir ini semakin langka di lapangan merupakan tantangan yang perlu dicarikan solusinya

    Produksi dan produktivitas tanaman, sangat dipengaruhi oleh input utama produksi yaitu pupuk. Namun beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan pupuk terus meningkat, sehingga keberadaannya semakin sulit dan harganya semakin tinggi. Kekurangan pupuk selain disebabkan produksinya yang terbatas, juga disebabkan oleh pendistribusiannya yang kurang baik dan pemakaian yang berlebihan di beberapa tempat.

    Oleh karena itu perlu upaya untuk mengembangkan dan memproduksi pupuk organik, untuk mensubstitusi pupuk an-organik yang sudah ada, serta menerapkan teknologi pupuk dan pemupukan yang lebih efisien. Pengembangan industri pupuk organik mempunyai arti yang strategis karena serasi dengan tuntutan masyarakat dunia yang menginginkan dan lebih rnenghargai produk alarni yang bebas dari bahan kimia berbahaya dan ramah lingkungan.

    Beberapa permasalahan yang muncul pada saat penggunaan pupuk organik, perlu mendapat perhatian bagi para ahli agronorni. Pupuk organik yang semula hanya berupa kompos ataupun pupuk kandang dengan produksi dan pemakaian lokal, berubah menjadi suatu komoditas yang diperlukan pada sebaran lokasi dan komoditas yang lebih luas. Permasalahan yang muncul antara lain standarisasi mutu pupuk organik, kapasitas produksi, regulasi maupun teknis distribusi dan efektifitas terhadap hasil maupun ekonomi usaha taninya (dikutip dari hasil Seminar nasional Peragi dengan tema “Permasalahan dan Kebijakan Pupuk Organik di Indonesia”. 17 Desember di Botani Square –Bogor)

    Read More......

    Rabu, 08 Desember 2010

    1. SEJARAH SINGKAT
    Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
    2. JENIS TANAMAN
    Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
    Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
    Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
    Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
    Ordo : Euphorbiales
    Famili : Euphorbiaceae
    Genus : Manihot
    Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
    Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4
    3. MANFAAT TANAMAN
    Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
    4. SENTRA PENANAMAN
    Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
    5. SYARAT PETUMBUHAN
    5.1. Iklim
    a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
    b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
    c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
    d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
    5.2. Media Tanam
    a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
    b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
    c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
    5.3. Ketinggian Tempat
    Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
    6. PEDOMAN BUDIDAYA
    6.1. Pembibitan
    1. Persyaratan Bibit
    Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
    a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
    b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
    c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
    d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
    2. Penyiapan Bibit
    Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
    a) Bibit berupa stek batang.
    b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
    c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
    d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman. Setelah direndam dengan
    ABG-Daun dengan dosis 2 cc/L selama kurang lebih 30 menit sebelum di tanam.


    6.2. Pengolahan Media Tanam
    Persiapan
    Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
    a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
    b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
    c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanamanlainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
    6.3. Teknik Penanaman
    Penentuan Pola Tanam
    Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.


    Cara Penanaman
    Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
    6.4. Pemeliharaan Tanaman
    Penyiangan
    Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
    Pembubunan
    Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
    Perempalan/Pemangkasan
    Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
    Pemupukan
    Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

    Read More......

    Jumat, 03 Desember 2010

    Tanaman obat sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Kita mungkin telah mengenal berbagai khasiat tanaman obat, tetapi tidak semua dari kita menyadari pentingnya menanam tanaman obat agar dapat memanfaatkan khasiatnya setiap waktu.
    Tanaman obat dapat dijadikan alternatif bahan pengobatan yang murah dan efisien. Selain itu, tanaman obat juga relatif lebih aman karena bersifat alami. Tanaman obat tercatat memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan yang diformulasikan dengan proses kimia.
    Menanam tanaman obat sangat mudah dan tidak memerlukan perawatan ekstra. Umumnya tanaman obat tidak sulit untuk ditanam karena kadar obat di dalamnya membuat tanaman obat cukup kuat untuk menahan penyakit dan serangan hama.
    Tanaman obat tidak memerlukan pestisida sehingga dapat lebih aman untuk dikonsumsi setiap hari. Di samping itu, tanaman obat juga sangat bermanfaat untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penghias halaman rumah.
    Ada berbagai macam tanaman obat yang dapat kita manfaatkan untuk solusi kesehatan dan kecantikan keluarga. Antara lain kita telah lama mengetahui bahwa tanaman lidah buaya dapat dijadikan sebagai penyubur rambut yang juga telah dimanfaatkan produsen shampoo untuk membuat formula penyubur rambut yang aman.
    Selain itu, dengan pengolahan yang benar, lidah buaya juga dapat dipergunakan untuk mengatasi batuk yang juga dapat diatasi dengan jahe dengan memanfaatkan efek hangatnya. Tanaman obat yang dikenal sebagai bumbu dapur seperti lengkuas, temulawak, sirih, jahe, dan jinten juga sangat bermanfaat untuk menyembuhkan beberapa penyakit ringan. Lengkuas, misalnya, dapat dijadikan sebagai bahan alami yang mujarab untuk mengatasi penyakit kulit seperti panu.
    Sedangkan temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi penyakit kuning. Daun sirih bahkan dipercaya oleh produsen anti septik sebagai bahan alami yang sangat bermanfaat sebagai anti septik yang aman. Sedangkan jinten dapat menjadi solusi yang cepat untuk menurunkan panas. Masih banyak lagi tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi kesehatan keluarga.
    Di dalam tanaman obat terkandung khasiat yang luar biasa untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti darah tinggi, tifus, osteoporosis, bahkan diabetes. Mahkota dewa, misalnya, terbukti dapat menurunkan tekanan darah dengan cepat. Sedangkan tifus dapat diatasi dengan sambiloto yang juga dapat menurunkan panas. Untuk meredakan osteoporosis, kita dapat memanfaatkan buah mengkudu. Sedangkan diabetes dapat diatasi dengan air rebusan daun salam. Semuanya dapat kita manfaatkan setiap saat hanya dengan menanam semua tanaman obat tersebut di pekarangan rumah. Selain itu, banyak juga tanaman obat yang secara tampilan adalah tanaman hias seperti melati, daun puring, dan begonia. Melati telah lama dikenal sebagian tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sesak nafas. Selain itu, melati juga berkhasiat sebagai obat sakit kepala.
    Sedangkan daun puring yang berwarna-warni dan banyak dijumpai di taman adalah tanaman obat. Namun demikian, tidak semua daun yang berwarna-warni itu dapat dimanfaatkan. Hanya daun yang berwarna kuning dan hijau saja yang dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan perut. Daun begonia juga merupakan tanaman obat yang sangat bermanfaat karena khasiatnya yang dapat meredakan nyeri haid.
    Tanaman obat ini juga bermanfaat untuk menghias taman karena keindahannya. Ada berbagai macam warna begonia yang sangat indah untuk digantung ataupun ditanam di pot. Singkatnya, tidak ada ruginya menanam tanaman obat di pekarangan rumah anda karena tanaman obat juga bisa berfungsi sebagai tanaman hias dan sebaliknya. Pada rumah tangga yang memiliki kebun tanaman obat, masalah kesehatan kecil akan dapat diatasi dengan sangat cepat. Khasiat tanaman obat tidak bisa dipandang sebelah mata karena khasiat dalam setiap tanaman obat adalah obat alami yang sudah banyak diuji oleh para ahli pharmacy. Pada awalnya, tanaman sebagai alternative pengobatan di rumah ditemukan khasiatnya karena proses trial and error. Setelah sekian lama tanaman obat banyak ditemukan khasiatnya, tidak ada alasan lagi untuk tidak memanfaatkan khasiat tanaman obat karena sangat membantu untuk pengobatan berbagai penyakit dengan harga yang tergolong murah.
    Ekstrak tanaman obat telah banyak juga diolah oleh pabrik farmasi sehingga kita dapat memanfaatkan khasiatnya dengan lebih mudah. Namun demikian, menanam sendiri tanaman obat di pekarangan rumah dapat memberikan keuntungan yang lebih karena kita dapat memanfaatkan khasiatnya segera ketika memerlukannya. Selain itu, kesegaran bahan-bahan tanaman obat juga mempengaruhi khasiatnya, jadi menanamnya sendiri akan lebih menguntungkan. (Jenis, Kandungan Khasiat dan Penggunaan Tanaman Obat)

    Read More......

    Kamis, 02 Desember 2010

    I. PENDAHULUAN
    Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.


    II. PERSIAPAN LAHAN
    - Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
    - Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
    - Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam

    III. PEMBIBITAN
    - Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
    - Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
    - Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
    - Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
    - Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
    - Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
    - Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
    - Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam

    Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi


    Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat daun.

    IV. PENANAMAN
    - Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
    - Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
    - Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
    - Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.

    V. PENYULAMAN
    - Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
    - Penyulaman dilakukan awal musim hujan

    VI. PENYIRAMAN
    Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

    VII. PEMUPUKAN
    - Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
    - Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

    Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.



    Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

    Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah.
    Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
    Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

    VIII. PEMANGKASAN
    Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
    Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan

    IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

    A. H A M A
    1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian
    2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA.
    3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian

    B. PENYAKIT
    1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO
    2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA
    3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO
    4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO
    5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO
    6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

    Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

    X. P A N E N
    Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

    XI. PENGOLAHAN HASIL
    Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.

    Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
    1. Biji keriput : asal buah masih muda
    2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
    3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
    4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
    5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
    6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
    7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
    8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
    9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
    10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik.

    Read More......